Rabu, 12 Juni 2013

BAB IV

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil terhadap Ny.S Umur 38 Tahun G2P1A0 dengan presentasi bokong ditemukan kesenjangan dan kesesuaian antara tinjauan teori dan tinjauan kasus sebagai berikut :
A. Pengumpulan data dasar
a)    Pengkajian
            Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu hamil yaitu Ny. S Umur 38 tahun G2P1A0 janin tunggal hidup dengan presentasi bokong dan didalamnya terdapat hasil sebagai berikut :
1.    Umur
a.     Menurut Tinjauan Teori
            Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Ambarwati, 2009;h.131)
136
 
            Selain jumlah sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima bakal janin atau embrio. Dalam hal ini, kemampuan rahim untuk menerima janin, menurut Faktor penuaan juga akan menyebabkan embrio yang dihasilkan oleh wanita di atas 35 tahun terkadang mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan lendir rahim atau endometrium. Ini dapat meningkatkan kejadian keguguran.
       (http://bibilung.wordpress.com/2008/07/15/rawankah-hamil-di-usia-tua).
b.    Menurut Tinjauan Kasus
                   Pada kasus ini Ny. S berumur 38 tahun.
    1. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus ini terjadi kesenjangan karena usia Ny.S 38 tahun dengan usia faktor resiko. Menurut teori : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Ambarwati, 2009;h.131) dan ketika usia 38 tahun kemampuan rahim menerima janin menurun karena nutrisi rahim berkurang dengan menambahnya usia. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut: Selain jumlah sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima bakal janin atau embrio. Dalam hal ini, kemampuan rahim untuk menerima janin, menurun. Faktor penuaan juga akan menyebabkan embrio yang dihasilkan oleh wanita di atas 35 tahun terkadang mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan lendir rahim atau endometrium. Ini dapat meningkatkan kejadian keguguran.
(http://bibilung.wordpress.com/2008/07/15/rawankah-hamil-di-usia-tua).

2. Pendidikan
a.      Menurut tinjauan teori
Menurut tinjauan teori pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Sulistyawati,2009;h.180).
Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih baik (Nielsen et al., 2001). Wanita berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal daripada wanita yang berpendidikan rendah (Matthews et al., 2001). Penelitian Simanjuntak (2000), menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care. (http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
Pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
(http://hidayatun-mukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-hamil.html)
Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi dibagi dalam 3 kategori yakni rendah/dasar ( SD dan SMP sederajat), sedang/menengah (SMA sederajat), dan tinggi (perguruan tinggi)
b.      Menurut tinjauan kasus
  Menurut tinjauan kasus Ny. S berpendidikan SD.


c.       Pembahasan
 Dalam hal ini t terdapat kesenjangan karena antara bidan dan Ny.S dapat berkomunikasi dengan baik sedangkan Ny.S berpendidikan akhir SD yang di kategorikan rendah atau dasar menurut pembagian katagori Berdasarkan jenjang sekolah dasar dibagi dalam 3 kategori yakni rendah/dasar ( SD dan SMP sederajat), sedang/menengah (SMA sederajat), dan tinggi (perguruan tinggi)
Dan tingkat pendidikan menurut teori akan mempengaruhi penerimaan komunikasi yang disampaikan
 dimana antara bidan dan pasien dapat berkomunikasi dengan lancar dan pasien juga mudah memahami apa yang dikatakan bidan. Menurut teori Pengaruh dalam tindakan kebidanan  untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati,2009 h.132).
Dan teori lain juga mengatakan Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih baik (Nielsen et al., 2001). Wanita berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal dari pada wanita yang berpendidikan rendah (Matthews et al., 2001). Penelitian Simanjuntak (2000), menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care.
(http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
Dalam kasus ini Ny.S berpendidikan SD, dan memiliki tingkat pengetahuan yang baik untuk kesehatnnya dilihat dari kunjungannya yang aktif, sehingga dapat kesimpulan bahwa pendidikan yang rendah tidak menutup kemungkinan penegtahuannya juga rendah, menurut teori pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
(http://hidayatun-mukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-hamil.html)
3. Pekerjaan
a.       Menurut tinjauan teori
Wanita hamil dapat tetap bekerja namun aktifitas yang di jalaninya tidak boleh terlalu berat. Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktifitas apabila mereka merasakan gangguan dalam kehamilannya, pekerjaan ibu  juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya ibu hamil untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2010: h. 167).
 Gunanya untuk mengetahui dan mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karna ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dkk,2008;h.132).
b.      Menurut tinjauan kasus
Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga.
c.       Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjaun kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga dan berdagang yang tidak terlalu berat. Wanita hamil dapat tetap bekerja namun aktifitas yang di lakukannya tidak boleh terlalu berat (Sulistyawati, 2010: h. 167).

4. Alamat
a.       Tinjauan teori
Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar pasien. Semakin terpencilnya suatu daerah dan keadaan geografis yang sulit untuk di jangkau maka akan semakin sulit pula untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Ari sulistyawati, 2010: h. 167).      

Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini juga memberi gambaran mengenani jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi tenaga kesehatan. Ini mungkin berkaitan dengan keluhan. (Priharjo, 2006; h. 96)
b.      Tinjauan kasus
Alamat dari Ny. S  adalah Jln. Jln. Badarudin  susunan baru, kemiling, kec.Tanjung  karang  .
c.       Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana alamat rumah dari Ny. S termasuk dalam wilayah yang mudah dalam menerima pelayanan kesehatan. data ini juga memberi gambaran mengenani jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi tenaga kesehatan. Ini mungkin berkaitan dengan keluhan. (Priharjo, 2006; h. 96)
Sehingga Ny.S tidak sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b)   Anamnesis
1.                  Keluhan Utama
a.    Menurut tinjauan teori
     Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bahwa, ibu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin.  (Ai Yeyeh, 2010; 240)
b.    Menurut tinjauan kasus
     Pada kasus Ny.S mengatakan terkadang merasakan sesak pada tulang iganya seperti desakan kepala.
c.    Pembahasan
     Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak  terdapat kesenjangan karena keluhan yang dirasakan sama seperti teori yang ada pada Asuhan kebidanan ibu hamil dimana Ny.S datang mengatakan perutnya merasa ada deasakan pada tulang iganya sesuai menurut teori : Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bahwah, ibu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin. (Ai Yeyeh, 2010; 240).
2.                  Riwayat Obtetric
a.       Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1)      Menurut Tinjauan Teori
Pada kasus presentasi bokong biasanya yang pernah riwayat presentasi bokong. (Rohani, 2002;h.186)

Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua. Jika situasi ini terjadi pada saat kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka masih dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)

Faktor janin dan ibu, dari segi janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
2)      Menurut Tinjauan Kasus
Ny. S mengatakan dulu anak pertama tidak mengalami hal seperti ini yaitu kehamilan dengan presentasi bokong.
3)      Pembahasan
Jadi, pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus tidak sama karena, menurut teori presentasi bokong biasanya yang ada riwayat presentasi bokong akan tetapi, pada kasus Ny.S tidak mengalami hal atau riwayat presentasi bokong. Padahal menurut teori Pada kasus presentasi bokong biasanya yang pernah riwayat presentasi bokong. (Rohani,2002;h.186) dalam pembahasan ternyata menurut : jika pada usia kehamilan sebelum 9 bulan masih dapat dikatakan normal, karena janin masih banyak bergerak Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua. Jika situasi ini terjadi pada saat kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka masih dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
karena menurut  faktor janin dan ibu sendiri, Dari segi janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)





b.      Pergerakan Fetus
1)      Menurut Tinjauan Kasus
Quickening (persepsi gerakan janin pertama)
Gerakan janin pertama biasanya dirasakan pada umur kehamilan 18 minggu(primigravida) atau 16 minggu (multigravida). (Pantiawati dkk,2010;h.52)

Gerakan pertama biasanya dirasakan si ibu pada usia kehamilan antara 14-16 minggu yang disebut dengan wickening. Di usia ini janin mulai tumbuh besar dan air ketuban pun tersedia cukup banyak, hingga ibu bisa merasakan janinnya bergerak sedikit. Sensasi yang muncul seperti “dikitik-kitik” atau serasa ada bola kecil menggelinding lembut dalam rahimnya. Tapi tak setiap ibu hamil akan merasakan gerakan janin di usia kehamilan yang sama.
(http://ery2.wordpress.com/2010/08/01/pentinganya-memantau-gerakan-janin).
2)      Menurut Tinjauan Kasus
Ny.S mengatakan pergerakan fetus pertama kali pada usia 24 Minggu, pergerakan fetus dirasakan dalam 24 jam terakhir sebanyak 2030 kali.
3)      Pembahasan
Jadi, berdasarkan tinjauan teori dan kasus terdapat kesenjangan karena Ny.S mengatakan pergerakan fetus pertama di rasakan pada usia 24 minggu, sedangkan seharusnya pada multi  gerakan dirasakan yaitu usia 16 minggu sesuai teori menurut 

Gerakan janin pertama biasanya dirasakan pada umur kehamilan 18 minggu(primigravida) atau 16 minggu (multigravida). (Pantiawati,2010;h.52), tetapi pada Ny. S dapat merasakan gerakan pada usia 24 minggu, karena gerakan janin pada ibu berdeda2 dan karena air ketuban yang relatif masih banyak yaitu  menurut : Di usia 14-16 minggu janin mulai tumbuh besar dan air ketuban pun tersedia cukup banyak, hingga ibu bisa merasakan janinnya bergerak sedikit. Sensasi yang muncul seperti “dikitik-kitik” atau serasa ada bola kecil menggelinding lembut dalam rahimnya. Tapi tak setiap ibu hamil akan merasakan gerakan janin di usia kehamilan yang sama.
(http://ery2.wordpress.com/2010/08/01/pentinganya-memantau-gerakan-janin).

c.       Riwayat imunisasi TT
1)   Menurut tinjauan teori
     Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kematian ibu dan janin, jenis imunisasi yang di berikan adalah tetanus toxoid (TT) yang dapat mencegah dari penyakit tetanus. Ibu hamil yang belum mendapatkan imunisasi statusnya  T0, dengan status T0 hendaknya ia mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu) dan bila memungkinkan di berikan TT3 dengan interval 6 bulan. Pemberian imunisasi TT1 dapat diberikan pada saat usia kehamilan sudah memasuki usia 16 minggu atau di TM II
     (Sulistyawati,2009.h;121).
     Suntikan TT melindungi ibu dan bayi dari penyakit tetanus neonatorium dan mencegah kematian pada bayi baru lahir yanh disebabkan oleh kuman tetanus yang masuk ketubuh bayi melalui tali pusat (Salmah dkk,2006;h.115).
2)   Menurut tinjauan kasus
     Ny.S mendapatkan imunisasi TT1 pada usia kehamilan  19 minggu  hari dan  TT2 pada usia kehamilan 22 minggu.
3)   Pembahasan
     Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena pemberian imunisasi TT1 pada Ny.S sesuai dengan usia kehamilannya yaitu pada usia kehamilan 19 minggu  hari dan dan pemberian TT2 pada usia kehamilan 22 minggu. Suntikan TT melindungi ibu dan bayi dari penyakit tetanus neonatorium dan mencegah kematian pada bayi baru lahir yanh disebabkan oleh kuman tetanus yang masuk ketubuh bayi melalui tali pusat (Salmah dkk,2006;h.115).


d.      Nutrisi
1)        Menurut tinjauan teori
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizi selama hamil. Kita bisa menggali dari pasien makanan yang disukai dan tidak disukai, seberapa banyak dan seberapa sering ibu mengkonsumsinya dan ini juga mengambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Sulistyawati,2009;h.183).
       Pertambahan berat badan menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat keterlambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengidentifikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra-uteri ( Intra- Uterin Growth Retardation- IUGR) ( Ari Sulistyawati,2009;h.68).
       Tips Menu Makanan Ibu Hamil Penderita Asam Urat Setelah dipahami bahwa penyebab naiknya kadar asam urat dalam tubuh adalah konsumsi makanan yang tinggi zat purin, maka pemahaman ini harus dijadikan dasar dari penyusunan menu makanan untuk ibu hamil yang sedang menderita asam urat. Adapun jenis-jenis makanan yang mengandung banyak zat purin adalah sebagai berikut:

a)      Makanan olahan dari kacang-kacangan. Contohnya adalah melinjo, emping, dan tauco.
b)      Makanan cepat saji kalengan. Contohnya adalah sarden dan kornet daging sapi. Makanan instan kalengan tidak hanya mengandung banyak zat purin, tetapi juga mengandung pengawet dan rentan terhadap bakteri. Dengan atau tanpa penyakit asam urat, ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan jenis ini.
c)      Makanan/minuman hasil fermentasi dan yang mengandung alkohol. Contohnya adalah tape, tuak, wiski, bir, dan anggur.
d)     Beberapa jenis sayuran, seperti daun singkong, asparagus, dan buncis.
e)      Beberapa jenis buah, seperti durian, nanas, dan air kelapa.
f)       Daging dan jeroan, seperti daging kambing, limpa, hati, paru, otak.
g)      Seafood, seperti udang dan kepiting.
(http://artikelduniawanita.com/tips-menu-makanan-ibu-hamil-penderita-asam-urat.html)
2)        Menurut tinjauan kasus
Pemenuhan kebutuhan nutrisi Ny. S cukup, Ny. S makan dengan menu yang bervariasi ditambah dengan air putih 6-8 gelas/harida susu 2 kali sehari, dengan frekuensi makan 3x/hari dan ibu memiliki pantangan makanan karena asam urat yang diderita.
3)        Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus karena kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi cukup tetapi dilihat dari kenaikan berat badan ibu selama hamil dalam batas normal. Penambahan berat badan 6,5 kg sampai 15 kg (Manuaba, 2010;h.136).

Pertambahan berat badan menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Tetapi ibu memiliki pantangan makanan karena asam urat yang dalaminya, sehingga ibu dianjurkan untuk menghindari beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan kenaikan purin pada ibu yaitu :
1)   Makanan olahan dari kacang-kacangan. Contohnya adalah melinjo, emping, dan tauco.
2)   Makanan cepat saji kalengan. Contohnya adalah sarden dan kornet daging sapi. Makanan instan kalengan tidak hanya mengandung banyak zat purin, tetapi juga mengandung pengawet dan rentan terhadap bakteri. Dengan atau tanpa penyakit asam urat, ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan jenis ini.
3)   Makanan/minuman hasil fermentasi dan yang mengandung alkohol. Contohnya adalah tape, tuak, wiski, bir, dan anggur.
4)   Beberapa jenis sayuran, seperti daun singkong, asparagus, dan buncis.
5)   Beberapa jenis buah, seperti durian, nanas, dan air kelapa.
6)   Daging dan jeroan, seperti daging kambing, limpa, hati, paru, otak.
7)   Seafood, seperti udang dan kepiting.
(http://artikelduniawanita.com/tips-menu-makanan-ibu-hamil-penderita-asam-urat.html)

e.       Pola istirahat
a.         Menurut tinjauan teori
       hanya dalam keadaan tidak beraktifitas, melainkan berhenti sejenak (Uliyah dkk,2008;h.110).
       Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu hamil karna dengan istirahat yang cukup berguna untuk menjaga kesehatan ibu pada saat ibu hamil. Malam hari yaitu 6-8 jam dan tidur siang 1-2 jam (Sulistyawati,2009;h.184).
b.        Menurut tinjauan kasus
Ny. S tidur siang 1-2 jam / hari dan tidur malam 6-7 jam / hari.
c.         Pembahasan
       Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat  kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena kebutuhan istirahat Ny. S sudah terpenuhi dan waktu Ny.S cukup untuk beristirahat. Istirahat sangat penting bagi ibu hamil karna dengan istirahat yang cukup berguna untuk menjaga kesehatan ibu pada saat ibu hamil. Malam hari yaitu 6-8 jam dan tidur siang 1-2 jam (Sulistyawati,2009;h.184).
f.       Pola seksualitas
a.    Menurut tinjauan teori
     Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti sering abortus, kelahiran prematur, perdarahan pervaginam, dan juga hubungan sexsual harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan, bila ketuban sudah pecah maka hubungan seksual dilarang karena dapat menyebabkan infeksi pada janin intra uteri (Sulistyawati, 2009; h. 119).
    
     Pada Trimester III perubahan pesikologis yang dialami ibu adalah khawatir, sensitive, rasa tidk nyaman, merasa kehilangan perhatian dan libido menurun (Sulistyawati, 2009;h.77).
     Alasan berkurangnya minat seksual yang dialami banyak wanita hamil khususnya dalam minggu-minggu terkhir kehamilan. Beberapa wanita merasa takut senggama karena akan merusak bayinya atau menyebabkan prematuritas. Yang lainnya merasa takut bahwa orgasme dengan cara apapun akan menyebabkan hal yang sama. Ada yang malu karena payudara dan perutnya yang membesar dan membengkak dan merasa tidak menarik ataupun seksi. Sementara yang lain lagi menginginkan kontak tubuh dengan pasangannya tapi lebih suka jika tidak bersenggama (Jannah, 2012;h.152).
b.    Menurut tinjauan teori
Ny. S  mengatakan selama kehamilan trimester III, ibu tidak melakukan hubungan seksual.
c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny. S tidak melakuakan hubungan seksual dikarenakan Ny. S merasa takut akan terjadi sesuatu terhadap bayinya serta merasa tidak nyaman, dan menurut tinjauan kasus Pada Trimester III perubahan psikologis yang dialami ibu adalah khawatir, sensitive, rasa tidk nyaman, merasa kehilangan perhatian dan libido menurun (Sulistyawati, 2009;h.77).
     Alasan berkurangnya minat seksual yang dialami banyak wanita hamil khususnya dalam minggu-minggu terkhir kehamilan. Beberapa wanita merasa takut senggama karena akan merusak bayinya atau menyebabkan prematuritas (Nurul Jannah, 2012;h.152-153).

3.                  Riwayat kehamilan sekarang (riwayat kunjungan pemeriksaan kehamilan)
a.    Menurut tinjauan teori
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal care sedikitnya 4 kali selama kehamilan yaitu :
1)        Kehamilan triwulan pertama antara 0 hingga 12 minggu 1 kali.
2)        Kehamilan triwulan kedua antara 13 hingga 28 minggu 1 kali.
3)        Kehamilan triwulan ketiga antara 28 hingga 40 minggu 2 kali.
(Sulistyawati, 2010;h.36).
Tujuan dari asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan  kesehatan ibu dan perkembangan janin (Ummi dkk, 2010; h. 6).
Selain itu tujuan dari asuhan antenatal yaitu :
1)        Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2)        Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3)        Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4)        Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)        Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6)        Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
       (Hanni dkk,2010;h.6).
          Penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, eklamsi, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Beberapa wanita pada awal kehamilannya berjalan normal teteapi cenderung berkembang menjadi komplikasi beresiko atau telah memiliki resiko sejak awal kehamilannya. Pemeriksaan dini di perlukan untuk mendeteksi adanya factor resikonya (Ai Yeyeh dkk;2010;h.3)
b.    Menurut tinjauan kasus
Menurut tinjauana kasus Ny.S rutin memeriksakan kehamilannya, dua kali pada TM I, dua kali pada TM II dan empat kali pada TM III
c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus karena Ny.S rutin memeriksakan kehamilannya. Selama kehamilan ini Ny.S memeriksakan kehamilan sebanyak 8 kali. 
Tujuan dari asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan  kesehatan ibu dan perkembangan janin (Hanni dkk,2010;h.6).
Selain itu tujuan dari asuhan antenatal yaitu :
a)         Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b)        Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c)         Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d)        Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e)         Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f)         Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
       (Hanni dkk,2010;h.6). Penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, eklamsi, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Beberapa wanita pada awal kehamilannya berjalan normal teteapi cenderung berkembang menjadi komplikasi beresiko atau telah memiliki resiko sejak awal kehamilannya. Pemeriksaan dini di perlukan untuk mendeteksi adanya factor resikonya (Ai Yeyeh dkk,2010;h.3)
g)        Riwayat Psikososial
a.    Menurut tinjauan teori
Di dalam data psikososial terdapat kahamilan direncanakan dan tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan bisa berdampak pada kesehatan maternal, baik ibu maupun bapaknya. Menurut Najiman et all. (1991) kehamilan yang tidak diinginkan akan meningkatkan kecemasan dan depresi kedua orang tua (Salmah dkk, 2006; h.106).

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama masa hamil sementara ia harus menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya yang sekarang dan perubahan-perubahan yang ada pada dirinya.Perubahan Psikologis Pada Trimester III  :
a)         Rasa tidak nyaman, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
b)        Merasa tidak menyenagkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu.
c)         Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d)        Khawatir bayi akan dilahirkan dalam   keadaan tidak normal.
e)         Merasa kehilangan perhatian.
f)         Perasaan mudah terluka.
         (Sulistyawati,2009;h.77)
b.   Menurut tinjauan kasus
Ny.S merencanakan kehamilannya dan kehamilannya ini sudah direncanakan.

c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny. S menunjukkan respon positif pada kehamilannya yang berarti ia merencanakan kehamilannya. Di dalam data psikososial terdapat kahamilan direncanakan dan tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan bisa berdampak pada kesehatan maternal, baik ibu maupun bapaknya. Menurut Najiman et all. (1991) kehamilan yang tidak diinginkan akan meningkatkan kecemasan dan depresi kedua orang tua (Salmah dkk, 2006; h. 106).
h)        Pola Eliminasi
a.       Menurut Tinjauan Teori
Berhubungan hormon kehamilan progesteron mengendurkan sistem pencernaan dan memperlambat gerakan pencernaan, maka konstipasi menjadi keluhan yang umum. Kondisi ini akan semakin memburuk bila memang sudah mengalaminya sebelum kehamilan atau bila mengkonsumsi suplemen zat besi (lihat Anemia) (http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu/).

Minum sebanyak-banyaknya air putih, jus buah-buahan atau teh herbal. Tapi hindari teh dan kopi, karena dapat membuat bolak-balik buang air kecil yang bisa mengakibatkan dehidrasi. Konsumsi serat. Buah segar dan buah yang dikeringkan, juga sayur-sayuran dan gandum adalah sumber-sumber penting yang harus dikonsumsi. (http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu) 
b.      Menururt Tinjauan Kasus
Ibu mengatakan BAB selama hamil 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lunak dan berbau khas feses.
c.       Pembahasan
Jadi  terdapat  kesenjangan antara teori dan kasus karena menurut teori ibu hamil biasanya mengalami sembelit atau konstipasi yaitu menurut teori Berhubungan hormon kehamilan progesteron mengendurkan sistem pencernaan dan memperlambat gerakan pencernaan, maka konstipasi menjadi keluhan yang umum. Kondisi ini akan semakin memburuk bila memang sudah mengalaminya sebelum kehamilan atau bila mengkonsumsi suplemen zat besi (lihat Anemia)
(http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu) . Sedangkan menurut tinjauan kasus Ny.S BAB   lancar dan di lihat dari pengkajian data Ny.S mengkonsumsi buah – buahan yang banyak mengandung serat seperti pepaya dan, jeruk dan sayur seperti wortel, sehingga dapat menghindari ibu dari sembelit, karena menurut teori cara mencegah terjadinya smbelit yaitu : Minum sebanyak-banyaknya air putih, jus buah-buahan atau teh herbal. Tapi hindari teh dan kopi, karena dapat membuat bolak-balik buang air kecil yang bisa mengakibatkan dehidrasi. Konsumsi serat. Buah segar dan buah yang dikeringkan, juga sayur-sayuran dan gandum adalah sumber-sumber penting yang harus dikonsumsi.
(http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu) 

c)    Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital
1.    Tekanan Darah
a.         Tinjauan Teori
       Tekanan darah arteri mengganbarkan dua hal, yaitu besar tekanan yang dihasilkan vertikel kiri sewaktu berkontraksi (angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg. (Priharjo, 2006;h. 107).
b.         Tinjauan Kasus
       Pada kasus ini tekanan darah Ny. S pada saat hamil yaitu 110/80 mmHg.
c.         Pembahasan
       Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara  tinjauan teori dan tinjauan kasus karena tekanan darah Ny. S masih dalam batas normal. Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata diastol adalah 60 sampai 90 mmHg. (Priharjo, 2006;h.107).
2.    Nadi
a.    Tinjauan Teori
     Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan (Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi vebtrikel melawan dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic. Denyut nadi dipengaruhi oleh saraf simpatik (untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik ( untuk menurunkan). Normalnya 60-80 kali per menit. (Tambunan dkk,2011;h.36)
b.    Tinjauan Kasus
Pada kasus ini denyut nadi ibu 80 kali permenit.
c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara  tinjauan teori dan tinjauan kasus karena denyut nadi Ny. S masih dalam batas normal. Tekanan nadi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic. Denyut nadi dipengaruhi oleh saraf simpatik (untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik ( untuk menurunkan). Normalnya 60-80 kali per menit. (Tambunan dkk,2011;h.36)
3.    Pernafasan
a.    Tinjauan Teori
     Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit(Priharjo, 2006;h. 81).
     Pernafasan normal orang dewasa sehat adalah 16-20 kali/menit (Tambuanan dkk,2011;h.45).
b.    Tinjauan Kasus
Pada kasus ini pemeriksaan pernafasan pada Ny.S adalah 22 kali permenit.
c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara  tinjauan teori dan tinjauan kasus dikarena pemeriksaan pernafasan pada  Ny. S masih dalam batas normal. Pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit (Priharjo, 2006;h. 81).
4.    Suhu
a.    Tinjauan Teori
     Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ±60C dari 370C) dengan menyeimbangkan anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,60C.  (Tambunan dkk,2011;h.15).
b.    Tinjauan Kasus
Pada kasus ini pemeriksaan suhu pada Ny. S adalah 36,60C.
c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara  tinjauan teori dan tinjauan kasus dikarena pemeriksaan suhu pada  Ny. S masih dalam batas normal. Suhu adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ±60C dari 370C) dengan menyeimbangkan anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,6.  (Tambunan dkk,2011;h.15).

d)   Pemeriksaan penunjang                        
Pemeriksaan laboratorium
a.    Tinjauan teori
HB Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada trismester I dan II atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II  ( Saifuddin,2001;h.281 ).
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron. Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya berhubungan dengan defisiensi zat besi dari pada dengan hipervolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang 1000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.                      (Sarwono,2009;h.183)

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO th 1972 ditetapkan 3 katagori yaitu: normal >11 gr /dl, ringan 8-11 gr/ dl, berat <8 gr/dl. (Ai yeyeh dkk, 2010;h.115)
Manfaat pemeriksaan Hb yaitu:
1.    Sebagai pemeriksaan penyaring untuk membantu diagnosa
2.    Sebagai pencerminan reaksi tubuh terhadap penyakit,
3.    Dapat dipakai sebagai kemajuan penderita anemia
b.    Tinjauan kasus
Dari hasil pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan Ny. S ternyata di dapatkan hasil Hb 10,2 gram% dan
c.    Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus  terdapat terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus, karena pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 10,2 gr% pada usia kehamilan  33 minggu 3 hari yang tidak normal sesuai teori
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada trismester I dan II atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II  ( Saifuddin,2001;h.281 ). Akan tetapi peningkatan volume darah meningkat secara progresif mulai minggu ke-6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron. Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya berhubungan dengan defisiensi zat besi dari pada dengan hipervolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang 1000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.(Sarwono,2009;h.183)
e)    Pemeriksaan Khusus Kebidanan
                1.       Dada dan abdomen
a.    Menurut Tinjauan teori
     Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum atau alba, areola mammae, papilla mammae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.
                   (http://kuliahitukeren.blogspot.com)
     Menurut Tinjauan Kasus
     Terdapat Hiperpygmentasi pada aerola dan linea nigra pada andomen ibu.
b.    Pembahasan
     Jadi, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena dimana ibu mengalami hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra pada abdomen ibu. Menurut teori yaitu Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum atau alba, areola mammae, papilla mammae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.  
     (http://kuliahitukeren.blogspot.com)
f)    Payudara
a.    Menurut tinjauan kasus
     Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone.Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir (Sawono,2009;h.179)

     Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, setrogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae akan membesar lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan bewarna putih agak jernih disebut colostrum (Ai yeyeh.2009;h.42).
b.    Menurut Tinjauan kasus
     Ny. S mengatakan kolostrumnya baru keluar ketika usia kehamilnnya 7 bulan
c.    Pembahasan
     Jadi, terdapat kesenjangan anatara teori yang mengatakan kolostrum dapat keluar pada bulan pertama, tapi pada Ny. S kolostrum keluar ketika usia kehamilan sudah mencapai 7 bulan. Namun menurut tinjauan teori pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan bewarna putih agak jernih disebut colostrum (Ai yeyeh.2009;h.42). sedangkan kolosrum pada ibu baru keluar ketika usia kehamilan sudah 7 bulan, mengapa pengeluaran kolostrum terhambat, karena menurut teori mengatakan bahwa setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir (Sarwono,2009;h.179).

     g). TFU
            a. Tinjauan teori
                     Tinggi fundus uteri berdasarkan pertigajari
Usia kehamilan
(Minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12
3 jari di atas simfisis
16
Pertengahan pusat – simfisis
20
3 jari di bawah pusat
24
Setinggi pusat
28
3 jari di atas pusat
32
Pertengahan pusat–prosesus xiphoideus (px)
36
3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
                         (Ari sulistiyawati,2009;h.59)
            b. Tinjauan kasus
dari data yang dikaji TFU ibu berada 3 jari diatas pusat dengan usia kehamilan 33 minggu 3 hari dan TBJ normal yaitu 2406 – 2706 gram.
c. Pembahasan
jadi, terdapat kesenjang antara tinjauan kasus dan tinjauan teori karena pada usia 33 minggu 3 hari seharusnya TFU pertengahan  pusat – PX menurut (Sulistiyawati,200;h.59). Tp pada tinjauan kasus TFU 3 jari diatas pusat Sedangkan dilihat dari TBJ dalam keadaan normal.

h). DJJ       
a.  Menurut tinjauan teori
Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau atas umbilikus dan pada sisi yang sama dengan punggung. Pada RSA denyut jantung janin terdengar   paling keras di kuadran kanan atas perut ibu. Kadang- kadang denyut jantung janin terdenganr dibawaah umbilikus. Dalam hal ini maka diagnosis yang dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh karena denyut jantung janin tidak terdengar ditempat biasa.
  (Oxorn dkk, 2010;h.198)
b. Menurut tinjauan kasus
Ketika dilakukan pemeriksaan leopold terhadapa Ny. S, ternyata janin ibu presentasi bokong dengan denyut jantung janin terdengar 2 jari diatas pusat ibu sebelah kanan perut ibu.
c. Pembahasan
Jadi, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena dimana ketika ibu dilakukan leopold denyut jantung janin tepat sama dengan teori berada disatas pusat yaitu denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau atas umbilikus dan pada sisi yang sama dengan punggung. Pada RSA denyut jantung janin terdengar   paling keras di kuadran kanan atas perut ibu. Kadang- kadang denyut jantung janin terdenganr dibawaah umbilikus. Dalam hal ini maka diagnosis yang dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh karena denyut jantung janin tidak terdengar ditempat biasa.
    (Oxorn dkk,2010;h.198).

B.  Interpretasi Data
1.    Diagnosa Kebidanan
a.    Menurut Tinjauan Teori
Sesuai dengan teori yaitu untuk menegakkan diagnosa didapatkan dan hasil pengkajian berupa data subjektif dan data objektif (Wiknjosastro, 2005;h.158)
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny. S didapatkan diagnosa kebidanan ibu hamil
Yaitu:
Diagnosa Ibu            : Ny. S Umur 38 tahun G2P1A0 usia       kehamilan 33 minggu 3 hari
Data  subjektif                      : a. Ibu mengatakan usianya 38 th
  b. Ibu mengatakan ini kehamilan yang       
      kedua, pernah melahirkan satu kai, dan    
      tidak pernah keguguran.
  c. ibu mengatakan HPHT 14 September     
      2012
Data objektif                       :    TP : 21 Juni 2013
Diagnosa janin                   :      Janin tunggal hidup intra uterin,   presentasi             bokong
Dasar objektif                    :      Palpasi abdominal
Leopold I                          :       TFU 3 jari di atas pusat dan, bagian teraba   bulat,  keras, melenting yaitu bagian kepala                            janin
Leopold II                         :      Bagian kanan perut ibu  teraba panjang,       keras  memapan  yaitu punggung dan                                            bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil        janin yaitu bagian ekstermitas janin.
Leopold III                        :      Bagian bawah janin teraba bulat, lunak dan tidak  melenting yaitu bokong janin
Leopold IV                        :      Tidak dilakukan
TFU Mc’ Donalds               :  29 cm
TBJ (Rumus Niswander)        = 1,2 (TFU – 7,7) x 100 ± 15 gram
                                = 1,2 (29 – 7,7) x 100 ± 150gram
                                = 2556  ±  150 gram
                        = 2406 – 2706 gram
Auskultasi                            : Teraba 2 jari di atas pusat ibu sebelah kiri ±                                                                                      136  x/    menit, teratur.
Masalah           : Kecemasan ibu terhadap kehamilannya
Kebutuhan      :-  Ajarkan posisi knee chest
                          - Kolaborasi dengan dokter
c.    Pembahasan
Berdasarkan teori dan kasus Ny.S tidak ada kesenjangan karena, didapat diagnosa ibu dan janin yang diambil dari data objektif dan data subjektif, yang mengikuti teori yaitu untuk menegakkan diagnosa didapatkan dan hasil pengkajian berupa data subjektif dan data objektif (Wiknjosastro, 2005;h.158)

C.  Antisipasi masalah potensial
1.                                                                                 Menurut Tinjauan Teori
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah diidentifikasi masalah atau diagnosa, ini membutuhkan antisifasi masalah, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan siap – siap apabila hal tersebut benar – benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini. (Ambarwati,2009;h.135)
Dampak persalinan sungsang terhadap ibu yaitu: kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
 Bagi Anak Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.S muncul antisipasi masalah potensial yaitu terjadinya penyulit persalinan.
2.                                                                                 Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan pada kasus Ny.S karena menurut tinjauan teori mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi yaitu penyulit persalinan dengan komplikasi yang berdampak pada ibu dan janin sesuai teori yaitu robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
Bagi Anak Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).








D.  Tindakan Segera/kolaborasi
1.        Menurut Tinjauan Teori
Tindakan segera adalah memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atai ditangani bersama anggota TIM kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. (Ambarwati,2009;h.135)
Melakukan posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan menggantung kebawah. Lakukan rutin 2 kali setiap hari pagi dan sore selama 10 menit.  (www.tentangbunda.com/tips-agar-tidak-melahirkan-sungsang.html).
2.        Menurut Tinjauan Kasus
Pada Ny.S dilakukan muncul tindakan segera  yaitu menganjurkan posisi knee chest dan kolaborasi dengan dokter.
3.        Pembahasan
Berdasarkan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan pada kasus Ny.S karena telah mengikuti sesuai tinjauan teori Tindakan segera yaitu menganjurkan ibu untuk Melakukan posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan menggantung kebawah. Lakukan rutin 2 kali setiap hari pagi dan sore selama 10 menit.  
(www.tentangbunda.com/tips-agar-tidak-melahirkan-sungsang.html).
Tindakan telah dilakukan sesuai teori dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atai ditangani bersama anggota TIM kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dkk,2009;h.135).

E.  Intervensi/ penyusunan Rencana
1.        Menurut Tinjauan Teori
Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.  (Ambarwati,2009 ;h.143)
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindari. Untuk itu bila pada waktu antenatal ditemukan letak sungsang hal yang harus dilakukan adalah :
a.    Beritahu hasil pemerisaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasienmenegenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan letak  sungsang.
b.    Beri konseling mengenai gerakan knee-chest, yaitu meletakkan kepala diantara kedua tangan lalu menoleh kesamping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan geakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin berada dibawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “ anti usngsang”.
c.    Jika deketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang 34 minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
d.   Lakukan rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan untuk melakukan USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk  mengetahui presentasi janin, menegetahui jumlah cairan amnion , letak plasenta, dan keadaan plasentanya.
e.    Konseling pada ibu mnegenai pilihan untuk melahirkan jika saat umur kehamilan 35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala
f.     Konseling dan diskusikan menegnai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihan persalinan tersebut.
(http://www.scribd.com/doc/54300747/Asuhan-Kebidanan-Patologi-Letak-Sungsang)
Kehamilan sungsang biasanya dianjurkan oleh dokter untuk persalinan perabdominal dengan SC saat ini lebih sering dilakukan. Data terbaru menunjukkan bahwa cara persalinan pada presentasi sungsang tidak mempengaruhi morbiditas jangka panjang pada janin. Resiko umum SC terhadap ibu (perdarahan, anestesi dan infeksi) dan resiko janin pada persalinan sungsang pervaginam(asfiksia dan trauma) harus merupakan pertimbangan kuat dalam pengambilan keputusan mengenai cara persalinan yang dipilih. Ahli obstetri yang memilih persalinan dengan SC umumnya dengan alasan : 
1.      Cedera persalinan sungsang perabdominal lebih rendah dibandingkan persalinan pervaginam.
2.         Banyak pasangan yang mempunyai pandangan “anak sedikit” dan membutuhkan anak yang “perfect” sehingga memilih persalinan sungsang perabdominal.
3.         30 – 40% trial of labor pada persalinan sungsang berakhir dengan persalinan SC.
4.         SC pada masa sekarang adalah operasi yang “aman”.
Ahli obstetri yang cenderung untuk mencoba berlangsungnya persalinan sungsang pervaginam umumnya memiliki alasan: 
1.        Morbiditas maternal pada SC lebih besar.
2.        5 – 15% janin pada presentasi sungsang disertai dengan kelaina kongenital.
3.   Sejumlah ibu ingin memiliki pengalaman persalinan pervaginam.

a. Persalinan dengan Sectio Caesar (Perabdominal)
Jenis insisi SBR yang dipilih pada saat SC sangat penting. Bila SBR sudah terbentuk dengan baik maka dengan insisi melintang pada SBR, persalinan sungsang dapat diselesaikan tanpa banyak kesulitan. Pada kehamilan prematur dan pasien yang belum inpartu atau pada beberapa kelainan letak lain, SBR cukup sempit sehingga sebaiknya dilakukan insisi vertikal untuk menghindari cedera persalinan yang lebih luas [cedera pada vesika urinaria.
b. Persalinan pervaginam
Dokter yang akan menolong persalinan sungsang pervaginam perlu menguasai maneuver dalam persalinan sungsang pervaginam dan hendaknya didampingi oleh 4 orang asisten : (1) ahli obstetri yang berpengalaman (2) ahli anak yang mampu memberikan pertolongan resusitasi pada anak dan(3) anaesthesiolog yang dibutuhkan untuk memberikan kenyamanan pada ibu bersalin (4) paramedis yang memahami proses dan penatalaksanaan persalinan sungsang per vaginam. (http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/presentasi-sungsang.html)
2.        Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.S dapat diberi perencanaan sesuai dengan evaluasi yang telah didapat dari pemeriksaan fisik yaitu:
a.    Jelaskan tentang keadaan ibu saat ini.
b.    Anjurkan ibu untuk melakukan posisi dada lutut.
c.    Beritahu ibu perubahan yang terjadi pada TM III.
d.   Beritahui ibu tanda bahaya kehamilan TM III.
e.    Jelaskan pada ibu tentang keluhan yang ibu rasakan
f.     Beri ibu tablet penambah darah dan obat untuk linu persendian.
g.    Bantu ibu untuk memilih jenis persalinan pervagiam atau perabdominal serta jelaskan untuk kelebihan dan kekurangannya.
h.    Anjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.
3.        Pembahasan
Jadi, tidak terdapat kesenjangan yaitu sesuai teori yang harus melakukan suatu rencana sebelum melakukan tindakan terhadap kondisi pasien mengikuti teori yang mengatakan Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.  (Ambarwati,2009;h.143)

F.   Implementasi
1.        Menurut Tinjauan Teori
Pada kasus kehamilan dengan presentasi bokong dianjurkan dua cara yang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, dan posisi dada-lutut pada ibu. Bukti-bukti tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar sudah cukup tetapi masih belum bagi tindakan, dan posisi dada-lutut ( Sarwono,2008;h.590).
2.        Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.S penulis sudah merencanakan rencana sesuai dengan evaluasi yang telah didapat dari pemeriksaan fisik yaitu:
a.                   Menjelaskan Keadaan ibu saat ini sesuai dengan pemeriksaan
b.                  Menganjurkan ibu untuk posisi dada lutut
c.                   Memberitahu ibu tentang perubahan yang terjadi pada TM III
d.                 Memberitahui ibu tanda-tanda bahaya kehamilan pada TM III
e.                   Menjelaskan keadaan ibu sesuai dengan keluhannya
f.                    Memberi ibu tablet penambah darah dan obat untuk linu persendian.
g.                  Bantu ibu untuk memilih jenis- jenis persalinan sesui dengan masalah kehamilannya yaitu persalinan perabdominal dan persalinan pervaginam beserta kekurangan dan kelebihannya.
h.                  Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian di tempat kesehatan terdekat.
3.        Pembahasan
Berdasarkan teori dan kasus Ny.S tidak terdapat kesenjangan karena sudah melakukan asuhan kebidanan  yang telah diberikan dan dilakukan oleh Ny.S.

G. Evaluasi
1.    Menurut Tinjauan Teori
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi (Jannah,2011;h.48).
Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua. Jika situasi ini terjadi pada saat kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka masih dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
faktor janin dan ibu, dari segi janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
Bisa dikatakan letak janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Karena posisi sungsang terjadi di bawah usia kehamilan 32 minggu sebab, pada usia kehamilan ini, jumlah air ketuban relatif banyak, sehingga janin masih dapat bergerak bebas. (Sarwono,2008;h.588)
2.    Menurut Tinjauan Kasus
a.    Ibu mengerti keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik.
b.    Ibu bersedia akan melakukan posisi dada lutut pada saat malam hari sebelum tidur.
c.    Ibu mengerti perubahan yang terjadi pada dirinya.
d.    Ibu sudah mengerti tanda bahaya yang terjadi pada TM III.
f.     ibu mengerti tentang keluhannya seperti ada benda keras yang mendesak itu dikarenakan kepala yang ada difundus. Dan keluhan linu dipersendian disetai bengkak karena asam urat yang dideritanya. Dan besedia menghindari makanan yang mengakibatkan peningkatan purin.
g.    Ibu bersedia akan minum tablet penambah darah dan obat untuk linu persendian.
h.    Ibu telah mengerti kelebihan dan kekurangan jenis- jenis persalinan yang akan dipilih oleh ibu, dan ibu bersedia untuk membicarakan dengan suaminya sesuai masalah dengan kehamilannya.
i.     Ibu bersedia akan melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.
3.    Pembahasan
Jadi menurut teori usia kehamilan dibawah 32 minggu jumlah air ketuban relatif banyak sehingga, janin masih dapat bergerak bebas (Sarwono,2008;h. 588) . kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka masih dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
Karena dapat dilihat dari  faktor janin dan ibu, dari segi janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
dan pada kasus Ny. S usia kehamilan 33 minggu Hari masih di katakan relatif rentan untuk berputar karena pengaruh air ketuban. Maka, kehamilan dengan presentasi bokong dikatakan normal karena posisi janin tetap berada di pintu atas panggul.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar