BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Hamil terhadap Ny.S Umur 38 Tahun G2P1A0
dengan presentasi bokong ditemukan kesenjangan dan kesesuaian antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus sebagai berikut :
A.
Pengumpulan data dasar
a) Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar
tentang keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu
hamil yaitu Ny. S Umur 38 tahun G2P1A0 janin
tunggal hidup dengan presentasi bokong dan
didalamnya terdapat hasil sebagai berikut :
1. Umur
a. Menurut Tinjauan Teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap,
sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas. (Ambarwati, 2009;h.131)
|
Selain jumlah sel telur
yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap
kemampuan rahim untuk menerima bakal janin atau embrio. Dalam hal ini, kemampuan
rahim untuk menerima janin, menurut Faktor penuaan juga akan menyebabkan embrio yang
dihasilkan oleh wanita di atas 35 tahun terkadang mengalami kesulitan untuk
melekat di lapisan lendir rahim atau endometrium. Ini dapat meningkatkan
kejadian keguguran.
(http://bibilung.wordpress.com/2008/07/15/rawankah-hamil-di-usia-tua).
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada
kasus ini Ny. S berumur 38 tahun.
- Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori
dan kasus ini terjadi kesenjangan karena usia Ny.S 38 tahun dengan usia faktor
resiko. Menurut teori : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Ambarwati, 2009;h.131) dan ketika usia 38
tahun kemampuan rahim menerima janin menurun karena nutrisi rahim berkurang
dengan menambahnya usia. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut: Selain jumlah sel telur
yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap
kemampuan rahim untuk menerima bakal janin atau embrio. Dalam hal ini,
kemampuan rahim untuk menerima janin, menurun. Faktor penuaan juga akan
menyebabkan embrio yang dihasilkan oleh wanita di atas 35 tahun terkadang
mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan lendir rahim atau endometrium. Ini
dapat meningkatkan kejadian keguguran.
(http://bibilung.wordpress.com/2008/07/15/rawankah-hamil-di-usia-tua).
2. Pendidikan
a.
Menurut
tinjauan teori
Menurut
tinjauan teori pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya (Sulistyawati,2009;h.180).
Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang
dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa
penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang
pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap
informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
Wanita yang
berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih
baik (Nielsen et al., 2001). Wanita berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan
kehamilan lebih awal daripada wanita yang berpendidikan rendah (Matthews et
al., 2001). Penelitian Simanjuntak (2000), menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care. (http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
Pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang
makin positif terhadap objek tertentu. salah satu bentuk objek kesehatan dapat
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
(http://hidayatun-mukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-hamil.html)
Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi dibagi dalam 3 kategori yakni rendah/dasar ( SD dan SMP sederajat), sedang/menengah (SMA sederajat), dan tinggi (perguruan tinggi)
Berdasarkan jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi dibagi dalam 3 kategori yakni rendah/dasar ( SD dan SMP sederajat), sedang/menengah (SMA sederajat), dan tinggi (perguruan tinggi)
b. Menurut tinjauan
kasus
Menurut tinjauan kasus Ny. S berpendidikan SD.
c.
Pembahasan
Dalam hal ini t terdapat kesenjangan karena
antara bidan dan Ny.S dapat berkomunikasi dengan baik sedangkan Ny.S
berpendidikan akhir SD yang di kategorikan rendah atau dasar menurut pembagian
katagori Berdasarkan jenjang sekolah dasar dibagi dalam 3 kategori yakni
rendah/dasar ( SD dan SMP sederajat), sedang/menengah (SMA sederajat), dan
tinggi (perguruan tinggi)
(http://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/04/klasifikasi-pendidikan.html).
Dan tingkat pendidikan menurut teori
akan mempengaruhi penerimaan komunikasi yang disampaikan
dimana antara bidan dan pasien dapat
berkomunikasi dengan lancar dan pasien juga mudah memahami apa yang dikatakan
bidan. Menurut teori Pengaruh dalam
tindakan kebidanan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati,2009 h.132).
Dan teori lain juga mengatakan Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi
seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang
menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan
peningkatan jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap
informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Wanita yang
berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih
baik (Nielsen et al., 2001). Wanita berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan
kehamilan lebih awal dari pada wanita yang berpendidikan rendah (Matthews et al.,
2001). Penelitian Simanjuntak (2000), menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care.
(http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
(http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf).
Dalam kasus ini Ny.S berpendidikan SD,
dan memiliki tingkat pengetahuan yang baik untuk kesehatnnya dilihat dari
kunjungannya yang aktif, sehingga dapat kesimpulan bahwa pendidikan yang rendah
tidak menutup kemungkinan penegtahuannya juga rendah, menurut teori pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin
positif terhadap objek tertentu. salah satu bentuk objek kesehatan dapat
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
(http://hidayatun-mukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-hamil.html)
(http://hidayatun-mukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-hamil.html)
3. Pekerjaan
a.
Menurut tinjauan teori
Wanita
hamil dapat tetap bekerja namun aktifitas yang di jalaninya tidak boleh terlalu
berat. Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktifitas apabila
mereka merasakan gangguan dalam kehamilannya, pekerjaan ibu juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terhambatnya ibu hamil untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2010: h. 167).
Gunanya
untuk mengetahui dan mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karna
ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dkk,2008;h.132).
b.
Menurut tinjauan kasus
Ny.
S bekerja sebagai ibu rumah tangga.
c.
Pembahasan
Berdasarkan
tinjauan teori dan tinjaun kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus
karena Ibu melakukan pekerjaan
rumah tangga dan berdagang yang tidak terlalu berat. Wanita hamil dapat tetap bekerja namun
aktifitas yang di lakukannya tidak boleh terlalu berat (Sulistyawati, 2010: h. 167).
4.
Alamat
a.
Tinjauan teori
Alamat pasien dikaji untuk mengetahui
keadaan lingkungan sekitar pasien. Semakin terpencilnya suatu daerah dan keadaan geografis yang sulit untuk di
jangkau maka akan semakin
sulit pula untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Ari sulistyawati, 2010: h. 167).
Selain
sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini juga memberi gambaran
mengenani jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi tenaga kesehatan. Ini mungkin berkaitan dengan
keluhan. (Priharjo,
2006; h. 96)
b.
Tinjauan kasus
Alamat dari Ny. S adalah Jln. Jln. Badarudin susunan
baru, kemiling, kec.Tanjung
karang
.
c.
Pembahasan
Berdasarkan
tinjauan kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana alamat
rumah dari Ny. S termasuk dalam wilayah yang mudah
dalam menerima pelayanan kesehatan. data ini juga memberi gambaran mengenani jarak dan waktu
yang ditempuh pasien menuju lokasi tenaga kesehatan. Ini mungkin berkaitan dengan
keluhan. (Priharjo,
2006; h. 96)
Sehingga
Ny.S
tidak sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b) Anamnesis
1.
Keluhan Utama
a. Menurut tinjauan
teori
Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bahwa, ibu sering merasa
ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah
tulang iga karena kepala janin. (Ai
Yeyeh, 2010; 240)
b. Menurut tinjauan
kasus
Pada kasus Ny.S mengatakan terkadang
merasakan sesak pada tulang iganya seperti desakan kepala.
c. Pembahasan
Berdasarkan
tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena keluhan yang dirasakan sama seperti teori yang ada pada
Asuhan kebidanan ibu hamil dimana Ny.S datang mengatakan perutnya merasa ada deasakan
pada tulang iganya sesuai menurut teori : Pergerakan anak teraba oleh ibu di
bagian perut bahwah, ibu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak
tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin. (Ai
Yeyeh, 2010; 240).
2.
Riwayat Obtetric
a. Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1) Menurut Tinjauan
Teori
Pada kasus presentasi
bokong biasanya yang pernah riwayat presentasi bokong. (Rohani, 2002;h.186)
Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim
dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat
kehamilan memasuki trimester kedua. Jika situasi ini terjadi pada saat
kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka masih dikategorikan sebagai
sesuatu yang normal.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
Faktor janin
dan ibu, dari segi
janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim
ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di
Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali
melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
2) Menurut Tinjauan
Kasus
Ny. S mengatakan dulu anak
pertama tidak mengalami hal seperti ini yaitu kehamilan dengan presentasi
bokong.
3) Pembahasan
Jadi, pada kasus ini
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus tidak sama karena, menurut teori presentasi
bokong biasanya yang ada riwayat presentasi bokong akan tetapi, pada kasus Ny.S
tidak mengalami hal atau riwayat presentasi bokong. Padahal menurut teori Pada
kasus presentasi bokong biasanya yang pernah riwayat presentasi bokong.
(Rohani,2002;h.186) dalam pembahasan ternyata menurut : jika pada usia
kehamilan sebelum 9 bulan masih dapat dikatakan normal, karena janin masih
banyak bergerak Posisi sungsang, posisi janin
memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah,
tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini
biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua. Jika
situasi ini terjadi pada saat kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka
masih dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
karena menurut faktor janin dan
ibu sendiri, Dari segi
janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim
ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di
Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali
melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
b. Pergerakan Fetus
1) Menurut Tinjauan
Kasus
Quickening (persepsi
gerakan janin pertama)
Gerakan janin pertama
biasanya dirasakan pada umur kehamilan 18 minggu(primigravida) atau 16 minggu
(multigravida). (Pantiawati dkk,2010;h.52)
Gerakan
pertama biasanya dirasakan si ibu pada usia kehamilan antara 14-16 minggu yang
disebut dengan wickening. Di usia ini janin mulai tumbuh besar dan air ketuban
pun tersedia cukup banyak, hingga ibu bisa merasakan janinnya bergerak sedikit.
Sensasi yang muncul seperti “dikitik-kitik” atau serasa ada bola kecil
menggelinding lembut dalam rahimnya. Tapi tak setiap ibu hamil akan merasakan
gerakan janin di usia kehamilan yang sama.
(http://ery2.wordpress.com/2010/08/01/pentinganya-memantau-gerakan-janin).
2) Menurut Tinjauan
Kasus
Ny.S mengatakan pergerakan fetus pertama kali pada usia 24 Minggu, pergerakan fetus dirasakan dalam 24 jam terakhir
sebanyak 20 – 30 kali.
3) Pembahasan
Jadi, berdasarkan tinjauan
teori dan kasus terdapat kesenjangan karena Ny.S mengatakan pergerakan fetus
pertama di rasakan pada usia 24 minggu, sedangkan seharusnya pada multi gerakan dirasakan yaitu usia 16 minggu sesuai
teori menurut
Gerakan janin pertama
biasanya dirasakan pada umur kehamilan 18 minggu(primigravida) atau 16 minggu
(multigravida). (Pantiawati,2010;h.52), tetapi pada Ny. S dapat merasakan
gerakan pada usia 24 minggu, karena gerakan janin pada ibu berdeda2 dan karena
air ketuban yang relatif masih banyak yaitu
menurut : Di usia 14-16 minggu janin mulai tumbuh besar dan air ketuban pun tersedia cukup banyak, hingga
ibu bisa merasakan janinnya bergerak sedikit. Sensasi yang muncul seperti
“dikitik-kitik” atau serasa ada bola kecil menggelinding lembut dalam rahimnya.
Tapi tak setiap ibu hamil akan merasakan gerakan janin di usia kehamilan yang
sama.
(http://ery2.wordpress.com/2010/08/01/pentinganya-memantau-gerakan-janin).
c. Riwayat imunisasi
TT
1)
Menurut tinjauan teori
Imunisasi
selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang bisa
menyebabkan kematian ibu dan janin, jenis imunisasi yang di berikan adalah
tetanus toxoid (TT) yang dapat mencegah dari penyakit tetanus. Ibu hamil yang
belum mendapatkan imunisasi statusnya T0, dengan status T0 hendaknya ia mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2
dengan interval 4 minggu) dan bila memungkinkan di berikan TT3
dengan interval 6 bulan. Pemberian imunisasi TT1 dapat diberikan pada saat usia
kehamilan sudah memasuki usia 16 minggu atau di TM II
(Sulistyawati,2009.h;121).
Suntikan TT melindungi ibu dan bayi dari
penyakit tetanus neonatorium dan mencegah kematian pada bayi baru lahir yanh
disebabkan oleh kuman tetanus yang masuk ketubuh bayi melalui tali pusat
(Salmah dkk,2006;h.115).
2)
Menurut tinjauan kasus
Ny.S mendapatkan imunisasi TT1 pada
usia kehamilan 19 minggu hari dan TT2 pada usia kehamilan 22 minggu.
3)
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan
kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus
karena pemberian imunisasi TT1 pada Ny.S sesuai dengan usia kehamilannya yaitu
pada usia kehamilan 19 minggu hari dan
dan pemberian TT2 pada usia kehamilan 22 minggu. Suntikan TT melindungi ibu dan
bayi dari penyakit tetanus neonatorium dan mencegah kematian pada bayi baru
lahir yanh disebabkan oleh kuman tetanus yang masuk ketubuh bayi melalui tali
pusat (Salmah dkk,2006;h.115).
d. Nutrisi
1)
Menurut tinjauan teori
Ini
penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizi selama hamil. Kita bisa
menggali dari pasien makanan yang disukai dan tidak disukai, seberapa banyak
dan seberapa sering ibu mengkonsumsinya dan ini juga mengambarkan tentang pola
makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Sulistyawati,2009;h.183).
Pertambahan berat badan menggambarkan status
gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat keterlambatan
dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengidentifikasikan adanya
malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra-uteri ( Intra- Uterin Growth Retardation- IUGR)
( Ari Sulistyawati,2009;h.68).
Tips Menu
Makanan Ibu Hamil Penderita Asam Urat Setelah dipahami bahwa penyebab naiknya
kadar asam urat dalam tubuh adalah konsumsi makanan yang tinggi zat purin, maka
pemahaman ini harus dijadikan dasar dari penyusunan menu makanan untuk ibu
hamil yang sedang menderita asam urat. Adapun jenis-jenis makanan yang
mengandung banyak zat purin adalah sebagai berikut:
a)
Makanan olahan dari
kacang-kacangan. Contohnya adalah melinjo, emping, dan tauco.
b)
Makanan cepat saji kalengan.
Contohnya adalah sarden dan kornet daging sapi. Makanan instan kalengan tidak
hanya mengandung banyak zat purin, tetapi juga mengandung pengawet dan rentan
terhadap bakteri. Dengan atau tanpa penyakit asam urat, ibu hamil sebaiknya
tidak mengkonsumsi makanan jenis ini.
c)
Makanan/minuman hasil fermentasi
dan yang mengandung alkohol. Contohnya adalah tape, tuak, wiski, bir, dan
anggur.
d)
Beberapa jenis sayuran, seperti
daun singkong, asparagus, dan buncis.
e)
Beberapa jenis buah, seperti
durian, nanas, dan air kelapa.
f)
Daging dan jeroan, seperti daging
kambing, limpa, hati, paru, otak.
g)
Seafood, seperti udang dan
kepiting.
(http://artikelduniawanita.com/tips-menu-makanan-ibu-hamil-penderita-asam-urat.html)
2)
Menurut tinjauan kasus
Pemenuhan kebutuhan nutrisi Ny. S cukup, Ny. S
makan dengan menu yang bervariasi ditambah dengan air putih 6-8 gelas/harida susu 2 kali sehari, dengan frekuensi makan 3x/hari dan ibu memiliki
pantangan makanan karena asam urat yang diderita.
3)
Pembahasan
Berdasarkan
tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dan kasus karena kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi cukup tetapi dilihat
dari kenaikan berat badan ibu selama hamil dalam batas normal. Penambahan berat badan 6,5 kg sampai 15 kg (Manuaba, 2010;h.136).
Pertambahan berat
badan menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau
setiap bulan. Tetapi ibu
memiliki pantangan makanan karena asam urat yang dalaminya, sehingga ibu
dianjurkan untuk menghindari beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan
kenaikan purin pada ibu yaitu :
1)
Makanan olahan dari
kacang-kacangan. Contohnya adalah melinjo, emping, dan tauco.
2)
Makanan cepat saji kalengan.
Contohnya adalah sarden dan kornet daging sapi. Makanan instan kalengan tidak
hanya mengandung banyak zat purin, tetapi juga mengandung pengawet dan rentan
terhadap bakteri. Dengan atau tanpa penyakit asam urat, ibu hamil sebaiknya
tidak mengkonsumsi makanan jenis ini.
3)
Makanan/minuman hasil fermentasi
dan yang mengandung alkohol. Contohnya adalah tape, tuak, wiski, bir, dan
anggur.
4)
Beberapa jenis sayuran, seperti
daun singkong, asparagus, dan buncis.
5)
Beberapa jenis buah, seperti
durian, nanas, dan air kelapa.
6)
Daging dan jeroan, seperti daging
kambing, limpa, hati, paru, otak.
7)
Seafood, seperti udang dan
kepiting.
(http://artikelduniawanita.com/tips-menu-makanan-ibu-hamil-penderita-asam-urat.html)
e. Pola istirahat
a.
Menurut tinjauan teori
hanya dalam keadaan tidak beraktifitas,
melainkan berhenti sejenak (Uliyah dkk,2008;h.110).
Menggambarkan pola
istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur.
Istirahat sangat penting bagi ibu hamil karna dengan istirahat yang cukup
berguna untuk menjaga kesehatan ibu pada saat ibu hamil.
Malam hari yaitu 6-8 jam dan tidur
siang 1-2 jam (Sulistyawati,2009;h.184).
b.
Menurut tinjauan kasus
Ny. S tidur siang 1-2 jam / hari dan tidur
malam 6-7 jam / hari.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena kebutuhan
istirahat Ny. S sudah terpenuhi dan waktu
Ny.S
cukup untuk beristirahat. Istirahat sangat penting bagi ibu hamil karna dengan
istirahat yang cukup berguna untuk menjaga kesehatan ibu pada saat ibu hamil.
Malam hari yaitu 6-8 jam dan tidur
siang 1-2 jam (Sulistyawati,2009;h.184).
f. Pola seksualitas
a.
Menurut tinjauan teori
Hubungan seksual selama kehamilan tidak
dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti sering abortus, kelahiran
prematur, perdarahan pervaginam, dan juga hubungan sexsual harus dilakukan
dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan, bila ketuban sudah
pecah maka hubungan seksual dilarang karena dapat menyebabkan infeksi pada
janin intra uteri (Sulistyawati, 2009; h. 119).
Pada Trimester III perubahan
pesikologis yang dialami ibu adalah khawatir, sensitive, rasa tidk nyaman,
merasa kehilangan perhatian dan libido menurun (Sulistyawati, 2009;h.77).
Alasan berkurangnya minat seksual
yang dialami banyak wanita hamil khususnya dalam minggu-minggu terkhir
kehamilan. Beberapa wanita merasa takut senggama karena akan merusak bayinya
atau menyebabkan prematuritas. Yang lainnya merasa takut bahwa orgasme dengan
cara apapun akan menyebabkan hal yang sama. Ada yang malu karena payudara dan
perutnya yang membesar dan membengkak dan merasa tidak menarik ataupun seksi.
Sementara yang lain lagi menginginkan kontak tubuh dengan pasangannya tapi
lebih suka jika tidak bersenggama (Jannah, 2012;h.152).
b.
Menurut tinjauan teori
Ny. S mengatakan selama kehamilan
trimester III, ibu tidak melakukan hubungan seksual.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori
dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karena Ny. S tidak melakuakan hubungan seksual dikarenakan Ny. S
merasa takut akan terjadi sesuatu terhadap bayinya serta merasa tidak nyaman,
dan menurut tinjauan kasus Pada Trimester III perubahan psikologis yang dialami
ibu adalah khawatir, sensitive, rasa tidk nyaman, merasa kehilangan perhatian
dan libido menurun (Sulistyawati, 2009;h.77).
Alasan berkurangnya minat seksual yang
dialami banyak wanita hamil khususnya dalam minggu-minggu terkhir kehamilan.
Beberapa wanita merasa takut senggama karena akan merusak bayinya atau
menyebabkan prematuritas (Nurul Jannah, 2012;h.152-153).
3.
Riwayat kehamilan sekarang (riwayat kunjungan pemeriksaan
kehamilan)
a.
Menurut tinjauan teori
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal care
sedikitnya 4 kali selama kehamilan yaitu :
1)
Kehamilan triwulan pertama antara 0 hingga 12 minggu 1 kali.
2)
Kehamilan triwulan kedua antara 13 hingga 28 minggu 1 kali.
3)
Kehamilan triwulan ketiga antara 28 hingga 40 minggu 2 kali.
(Sulistyawati, 2010;h.36).
Tujuan dari asuhan antenatal adalah memantau perkembangan
kehamilan dalam meningkatkan kesehatan
ibu dan perkembangan janin (Ummi dkk, 2010; h. 6).
Selain itu tujuan dari asuhan antenatal yaitu :
1)
Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2)
Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3)
Mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4)
Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6)
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Hanni dkk,2010;h.6).
Penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, eklamsi, infeksi,
partus lama dan komplikasi abortus. Beberapa wanita pada awal kehamilannya
berjalan normal teteapi cenderung berkembang menjadi komplikasi beresiko atau
telah memiliki resiko sejak awal kehamilannya. Pemeriksaan dini di perlukan
untuk mendeteksi adanya factor resikonya (Ai Yeyeh dkk;2010;h.3)
b.
Menurut tinjauan kasus
Menurut tinjauana kasus Ny.S rutin memeriksakan kehamilannya, dua
kali pada TM I, dua kali pada TM II dan empat kali pada TM III
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus
tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus karena Ny.S rutin
memeriksakan kehamilannya. Selama kehamilan ini Ny.S memeriksakan kehamilan
sebanyak 8 kali.
Tujuan dari asuhan antenatal adalah
memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin (Hanni dkk,2010;h.6).
Selain itu tujuan dari asuhan antenatal yaitu :
a)
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b)
Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c)
Mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d)
Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f)
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Hanni dkk,2010;h.6). Penyebab utama kematian ibu adalah
pendarahan, eklamsi, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Beberapa
wanita pada awal kehamilannya berjalan normal teteapi cenderung berkembang
menjadi komplikasi beresiko atau telah memiliki resiko sejak awal kehamilannya.
Pemeriksaan dini di perlukan untuk mendeteksi adanya factor resikonya (Ai Yeyeh
dkk,2010;h.3)
g)
Riwayat Psikososial
a.
Menurut tinjauan teori
Di dalam data psikososial
terdapat kahamilan direncanakan dan tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak
direncanakan atau tidak diinginkan bisa berdampak pada kesehatan maternal, baik
ibu maupun bapaknya. Menurut Najiman et all. (1991) kehamilan yang tidak
diinginkan akan meningkatkan kecemasan dan depresi kedua orang tua (Salmah dkk, 2006; h.106).
Untuk mengetahui
respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak mengalami
perubahan emosi/psikologis selama masa hamil sementara ia harus menyesuaikan
diri dengan keadaan dirinya yang sekarang dan perubahan-perubahan yang ada pada
dirinya.Perubahan Psikologis Pada Trimester III
:
a)
Rasa tidak nyaman, merasa dirinya
jelek, aneh dan tidak menarik.
b)
Merasa tidak menyenagkan ketika bayi
lahir tidak tepat waktu.
c)
Takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d)
Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal.
e)
Merasa kehilangan perhatian.
f)
Perasaan mudah terluka.
(Sulistyawati,2009;h.77)
b.
Menurut tinjauan kasus
Ny.S merencanakan kehamilannya dan
kehamilannya ini sudah direncanakan.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karena Ny. S menunjukkan respon positif pada kehamilannya yang
berarti ia merencanakan kehamilannya. Di
dalam data psikososial terdapat kahamilan direncanakan dan tidak direncanakan.
Kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan bisa berdampak pada
kesehatan maternal, baik ibu maupun bapaknya. Menurut Najiman et all. (1991)
kehamilan yang tidak diinginkan akan meningkatkan kecemasan dan depresi kedua
orang tua (Salmah dkk, 2006; h. 106).
h)
Pola Eliminasi
a.
Menurut Tinjauan Teori
Berhubungan hormon kehamilan progesteron mengendurkan
sistem pencernaan dan memperlambat gerakan pencernaan, maka konstipasi menjadi
keluhan yang umum. Kondisi ini akan semakin memburuk bila memang sudah
mengalaminya sebelum kehamilan atau bila mengkonsumsi suplemen zat besi (lihat
Anemia) (http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu/).
Minum
sebanyak-banyaknya air putih, jus buah-buahan atau teh herbal. Tapi hindari teh dan
kopi, karena dapat membuat bolak-balik buang air kecil yang bisa mengakibatkan
dehidrasi. Konsumsi serat. Buah segar dan buah yang dikeringkan,
juga sayur-sayuran dan gandum adalah sumber-sumber penting yang harus
dikonsumsi. (http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu)
b. Menururt Tinjauan Kasus
Ibu
mengatakan BAB selama hamil 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lunak dan
berbau khas feses.
c. Pembahasan
Jadi terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena
menurut teori ibu hamil biasanya mengalami sembelit atau konstipasi yaitu
menurut teori Berhubungan hormon kehamilan progesteron mengendurkan sistem pencernaan dan
memperlambat gerakan pencernaan, maka konstipasi menjadi keluhan yang umum.
Kondisi ini akan semakin memburuk bila memang sudah mengalaminya sebelum
kehamilan atau bila mengkonsumsi suplemen zat besi (lihat Anemia)
(http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu) . Sedangkan menurut tinjauan kasus Ny.S BAB lancar dan di lihat dari pengkajian data Ny.S
mengkonsumsi buah – buahan yang banyak mengandung serat seperti pepaya dan,
jeruk dan sayur seperti wortel, sehingga dapat menghindari ibu dari sembelit,
karena menurut teori cara mencegah terjadinya smbelit yaitu : Minum sebanyak-banyaknya
air putih, jus buah-buahan atau teh herbal. Tapi hindari teh dan kopi, karena
dapat membuat bolak-balik buang air kecil yang bisa mengakibatkan dehidrasi. Konsumsi serat. Buah
segar dan buah yang dikeringkan, juga sayur-sayuran dan gandum adalah
sumber-sumber penting yang harus dikonsumsi.
(http://satubidan.com/ketidaknyamanan-umu)
c) Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital
1.
Tekanan Darah
a.
Tinjauan Teori
Tekanan darah arteri
mengganbarkan dua hal, yaitu besar tekanan yang dihasilkan vertikel kiri
sewaktu berkontraksi (angka sistolik). Nilai normal rata-rata tekanan sistol
pada orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata diastol
adalah 60 sampai 90 mmHg. (Priharjo, 2006;h. 107).
b.
Tinjauan Kasus
Pada kasus ini tekanan
darah Ny. S pada saat hamil yaitu 110/80 mmHg.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan
teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena tekanan darah Ny.
S masih dalam batas normal. Nilai normal rata-rata tekanan sistol
pada orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg, sedangkan rata-rata diastol
adalah 60 sampai 90 mmHg. (Priharjo, 2006;h.107).
2.
Nadi
a.
Tinjauan Teori
Nadi adalah gelombang
yang diakibatkan oleh adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(Vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi vebtrikel melawan
dinding aorta. Tekanan nadi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan
sistolik dan diastolic. Denyut nadi dipengaruhi oleh saraf simpatik (untuk
meningkatkan) dan saraf parasimpatik ( untuk menurunkan). Normalnya 60-80 kali
per menit. (Tambunan
dkk,2011;h.36)
b.
Tinjauan Kasus
Pada kasus
ini denyut nadi ibu 80 kali permenit.
c.
Pembahasan
Berdasarkan
tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena denyut nadi Ny.
S masih dalam batas normal. Tekanan nadi adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh perbedaan sistolik dan diastolic. Denyut nadi dipengaruhi oleh
saraf simpatik (untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik ( untuk menurunkan).
Normalnya 60-80 kali per menit. (Tambunan dkk,2011;h.36)
3.
Pernafasan
a.
Tinjauan Teori
Pernafasan
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan yang
terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru
dan penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa yaitu
16-24x/menit(Priharjo, 2006;h. 81).
Pernafasan
normal orang dewasa sehat adalah 16-20 kali/menit (Tambuanan dkk,2011;h.45).
b.
Tinjauan Kasus
Pada kasus ini pemeriksaan pernafasan pada Ny.S adalah
22
kali permenit.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus dikarena pemeriksaan pernafasan pada
Ny. S masih dalam
batas normal. Pernafasan merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan
penganturan asam basal. Adapun pernapasan pada orang dewasa yaitu 16-24x/menit (Priharjo, 2006;h. 81).
4.
Suhu
a.
Tinjauan Teori
Suhu
adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan diatur oleh hipotalamus
(dipertahankan dalam batas normal yaitu ±60C dari 370C)
dengan menyeimbangkan anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan.
Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,60C. (Tambunan dkk,2011;h.15).
b.
Tinjauan Kasus
Pada kasus ini pemeriksaan suhu pada Ny. S
adalah 36,60C.
c.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus dikarena pemeriksaan suhu pada Ny. S masih dalam batas normal. Suhu adalah
derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan diatur oleh hipotalamus
(dipertahankan dalam batas normal yaitu ±60C dari 370C)
dengan menyeimbangkan anatara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan. Suhu normal pemeriksaan Axila yaitu 36,6. (Tambunan dkk,2011;h.15).
d) Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
laboratorium
a.
Tinjauan teori
HB Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada trismester I dan II atau kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II (
Saifuddin,2001;h.281 ).
Volume darah akan meningkat secara progresif
mulai minggu ke-6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34
dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat
kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada
ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron. Pada
kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang
abnormal dan biasanya berhubungan dengan defisiensi zat besi dari pada dengan
hipervolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan lebih kurang 1000 mg atau
rata-rata 6-7 mg/hari.
(Sarwono,2009;h.183)
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan
status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO th 1972 ditetapkan 3
katagori yaitu: normal >11 gr /dl, ringan 8-11 gr/ dl, berat <8 gr/dl.
(Ai yeyeh dkk, 2010;h.115)
Manfaat pemeriksaan Hb yaitu:
1.
Sebagai pemeriksaan penyaring untuk membantu diagnosa
2.
Sebagai pencerminan reaksi tubuh terhadap penyakit,
3.
Dapat dipakai sebagai kemajuan penderita anemia
b. Tinjauan kasus
Dari hasil pemeriksaan Laboratorium yang
dilakukan Ny. S ternyata di dapatkan hasil Hb 10,2 gram% dan
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus
terdapat terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus, karena pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 10,2 gr% pada usia kehamilan 33 minggu 3 hari yang tidak normal sesuai
teori
Anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada trismester I dan II atau
kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II ( Saifuddin,2001;h.281 ). Akan tetapi peningkatan
volume darah meningkat secara
progresif mulai minggu ke-6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke
32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan
estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan
aldosteron. Pada kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu
merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya berhubungan dengan defisiensi
zat besi dari pada dengan hipervolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan
lebih kurang 1000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.(Sarwono,2009;h.183)
e) Pemeriksaan Khusus
Kebidanan
1.
Dada dan abdomen
a.
Menurut Tinjauan teori
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen
dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum atau
alba, areola mammae, papilla mammae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum).
Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.
(http://kuliahitukeren.blogspot.com)
Menurut
Tinjauan Kasus
Terdapat Hiperpygmentasi pada aerola dan linea
nigra pada andomen ibu.
b.
Pembahasan
Jadi, tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus karena dimana ibu mengalami hiperpigmentasi pada aerola dan linea
nigra pada abdomen ibu. Menurut teori yaitu Pada kulit terjadi perubahan
deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum atau
alba, areola mammae, papilla mammae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum).
Setelah persalinan hiperpigmentasi akan menghilang.
(http://kuliahitukeren.blogspot.com)
f) Payudara
a.
Menurut tinjauan kasus
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna
kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon
prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting
hormone.Kelenjar Montgomery, yaitu
kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Payudara sebagai organ target untuk proses
laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir (Sawono,2009;h.179)
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, setrogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air
susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar.
Apabila mammae akan membesar lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti
seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas
dari puting susu dapat keluar cairan bewarna putih agak jernih disebut
colostrum (Ai yeyeh.2009;h.42).
b.
Menurut Tinjauan kasus
Ny. S mengatakan kolostrumnya baru keluar
ketika usia kehamilnnya 7 bulan
c.
Pembahasan
Jadi, terdapat kesenjangan anatara teori yang
mengatakan kolostrum dapat keluar pada bulan pertama, tapi pada Ny. S kolostrum
keluar ketika usia kehamilan sudah mencapai 7 bulan. Namun menurut tinjauan
teori pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan
bewarna putih agak jernih disebut colostrum (Ai yeyeh.2009;h.42). sedangkan
kolosrum pada ibu baru keluar ketika usia kehamilan sudah 7 bulan, mengapa
pengeluaran kolostrum terhambat, karena menurut teori mengatakan bahwa setelah
bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat
keluar. Meskipun dapat dikeluarkan,
air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin
inhibiting hormone. Kelenjar Montgomery, yaitu
kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Payudara sebagai organ target untuk proses
laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir (Sarwono,2009;h.179).
g).
TFU
a.
Tinjauan teori
Tinggi
fundus uteri berdasarkan pertigajari
Usia kehamilan
(Minggu)
|
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
|
12
|
3 jari di atas simfisis
|
16
|
Pertengahan pusat – simfisis
|
20
|
3 jari di bawah pusat
|
24
|
Setinggi pusat
|
28
|
3 jari di atas pusat
|
32
|
Pertengahan pusat–prosesus
xiphoideus (px)
|
36
|
3 jari di bawah prosesus xiphoideus
(px)
|
40
|
Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus (px)
|
(Ari sulistiyawati,2009;h.59)
b. Tinjauan kasus
dari data yang
dikaji TFU ibu berada 3 jari diatas pusat dengan usia kehamilan 33 minggu 3
hari dan TBJ normal yaitu 2406
– 2706 gram.
c. Pembahasan
jadi, terdapat
kesenjang antara tinjauan kasus dan tinjauan teori karena pada usia 33 minggu 3
hari seharusnya TFU pertengahan pusat –
PX menurut (Sulistiyawati,200;h.59). Tp pada tinjauan kasus TFU 3 jari diatas
pusat Sedangkan dilihat dari TBJ dalam keadaan normal.
h). DJJ
a. Menurut tinjauan teori
Denyut jantung janin terdengar
paling keras pada atau atas umbilikus dan pada sisi yang sama dengan punggung.
Pada RSA denyut jantung janin terdengar
paling keras di kuadran kanan atas perut ibu. Kadang- kadang denyut
jantung janin terdenganr dibawaah umbilikus. Dalam hal ini maka diagnosis yang
dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh karena denyut jantung janin tidak
terdengar ditempat biasa.
(Oxorn dkk, 2010;h.198)
b. Menurut tinjauan
kasus
Ketika dilakukan pemeriksaan
leopold terhadapa Ny. S, ternyata janin ibu presentasi bokong dengan denyut
jantung janin terdengar 2 jari diatas pusat ibu sebelah kanan perut ibu.
c. Pembahasan
Jadi,
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena dimana ketika ibu
dilakukan leopold denyut jantung janin tepat sama dengan teori berada disatas
pusat yaitu denyut jantung janin
terdengar paling keras pada atau atas umbilikus dan pada sisi yang sama dengan
punggung. Pada RSA denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran kanan atas perut
ibu. Kadang- kadang denyut jantung janin terdenganr dibawaah umbilikus. Dalam
hal ini maka diagnosis yang dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh karena
denyut jantung janin tidak terdengar ditempat biasa.
(Oxorn dkk,2010;h.198).
B.
Interpretasi Data
1. Diagnosa
Kebidanan
a. Menurut Tinjauan
Teori
Sesuai dengan teori yaitu
untuk menegakkan diagnosa didapatkan dan hasil pengkajian berupa data subjektif
dan data objektif (Wiknjosastro, 2005;h.158)
b. Menurut Tinjauan
Kasus
Pada kasus Ny. S
didapatkan diagnosa kebidanan ibu hamil
Yaitu:
Diagnosa Ibu : Ny. S Umur 38 tahun G2P1A0 usia kehamilan 33 minggu 3 hari
Data subjektif : a. Ibu mengatakan usianya 38 th
b. Ibu mengatakan ini kehamilan yang
kedua, pernah melahirkan satu kai, dan
tidak pernah keguguran.
c. ibu mengatakan HPHT 14 September
2012
Data objektif : TP : 21 Juni 2013
Diagnosa janin : Janin tunggal hidup intra uterin, presentasi
bokong
Dasar objektif : Palpasi abdominal
Leopold I
: TFU 3 jari di atas pusat dan,
bagian teraba bulat, keras,
melenting yaitu bagian kepala janin
Leopold II
: Bagian kanan perut ibu teraba
panjang, keras memapan yaitu punggung dan bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin yaitu bagian ekstermitas janin.
Leopold III
: Bagian bawah janin teraba bulat, lunak dan tidak
melenting yaitu
bokong janin
Leopold IV
: Tidak dilakukan
TFU Mc’ Donalds : 29 cm
TBJ (Rumus Niswander) =
1,2 (TFU – 7,7) x 100 ± 15 gram
= 1,2 (29 – 7,7)
x 100 ± 150gram
= 2556 ± 150 gram
= 2406 – 2706 gram
Auskultasi : Teraba 2 jari di atas pusat ibu
sebelah kiri ± 136 x/ menit, teratur.
Masalah : Kecemasan ibu
terhadap kehamilannya
Kebutuhan :-
Ajarkan posisi knee chest
- Kolaborasi dengan dokter
c. Pembahasan
Berdasarkan teori dan
kasus Ny.S tidak ada kesenjangan karena, didapat diagnosa ibu dan janin yang diambil
dari data objektif dan data subjektif, yang mengikuti teori yaitu untuk
menegakkan diagnosa didapatkan dan hasil pengkajian berupa data subjektif dan
data objektif (Wiknjosastro, 2005;h.158)
C.
Antisipasi masalah
potensial
1.
Menurut Tinjauan Teori
Mengidentifikasi diagnosa
atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah diidentifikasi
masalah atau diagnosa, ini membutuhkan antisifasi masalah, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan siap – siap apabila hal tersebut benar – benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting
sekali dalam hal ini. (Ambarwati,2009;h.135)
Dampak
persalinan sungsang terhadap ibu yaitu: kemungkinan robekan pada perineum lebih
besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan
partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
Bagi Anak Prognosa tidak begitu baik, karena
adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah
perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita
asfiksia (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.S muncul
antisipasi masalah potensial yaitu terjadinya penyulit persalinan.
2.
Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori
dan kasus tidak terdapat kesenjangan pada kasus Ny.S karena menurut tinjauan
teori mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi yaitu penyulit persalinan dengan komplikasi yang berdampak pada ibu dan
janin sesuai teori yaitu robekan pada perineum lebih besar, juga karena
dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama,
jadi mudah terkena infeksi (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
Bagi
Anak Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah
plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit
antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia (http://rizkisakura.wordpress.com/2012/04/12/asuhan-kebidanan-letak-sungsang).
D.
Tindakan
Segera/kolaborasi
1.
Menurut Tinjauan Teori
Tindakan segera adalah memerlukan
kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atai
ditangani bersama anggota TIM kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
(Ambarwati,2009;h.135)
Melakukan posisi bersujud (knee chest
position), dengan posisi perut seakan-akan menggantung kebawah. Lakukan rutin 2
kali setiap hari pagi dan sore selama 10 menit.
(www.tentangbunda.com/tips-agar-tidak-melahirkan-sungsang.html).
2.
Menurut Tinjauan Kasus
Pada Ny.S dilakukan muncul
tindakan segera yaitu menganjurkan
posisi knee chest dan kolaborasi
dengan dokter.
3.
Pembahasan
Berdasarkan
teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan pada kasus Ny.S karena telah mengikuti
sesuai tinjauan teori Tindakan segera yaitu menganjurkan ibu untuk Melakukan
posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan
menggantung kebawah. Lakukan rutin 2 kali setiap hari pagi dan sore selama 10
menit.
(www.tentangbunda.com/tips-agar-tidak-melahirkan-sungsang.html).
Tindakan
telah dilakukan sesuai teori dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atai ditangani bersama anggota TIM kesehatan lain sesuai dengan
kondisi pasien (Ambarwati dkk,2009;h.135).
E.
Intervensi/ penyusunan
Rencana
1.
Menurut Tinjauan Teori
Langkah-langkah ini di tentukan oleh
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah di
identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. (Ambarwati,2009 ;h.143)
Mengingat
bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindari. Untuk
itu bila pada waktu antenatal ditemukan letak sungsang hal yang harus dilakukan
adalah :
a.
Beritahu
hasil pemerisaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasienmenegenai
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan letak sungsang.
b.
Beri
konseling mengenai gerakan knee-chest, yaitu meletakkan kepala diantara kedua
tangan lalu menoleh kesamping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan sehingga
dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan geakan ini
adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala
janin berada dibawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “ anti
usngsang”.
c.
Jika
deketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang 34 minggu tidak perlu
dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion
masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan
sendirinya.
d.
Lakukan rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan untuk melakukan USG
pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk
mengetahui presentasi janin, menegetahui jumlah cairan amnion , letak
plasenta, dan keadaan plasentanya.
e.
Konseling pada ibu mnegenai pilihan untuk melahirkan jika saat umur
kehamilan 35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala
f.
Konseling
dan diskusikan menegnai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihan
persalinan tersebut.
(http://www.scribd.com/doc/54300747/Asuhan-Kebidanan-Patologi-Letak-Sungsang)
Kehamilan sungsang
biasanya dianjurkan oleh dokter untuk persalinan perabdominal dengan SC saat
ini lebih sering dilakukan. Data terbaru menunjukkan bahwa cara persalinan
pada presentasi sungsang tidak mempengaruhi morbiditas jangka panjang pada janin. Resiko
umum SC terhadap ibu (perdarahan, anestesi dan infeksi) dan resiko janin pada
persalinan sungsang pervaginam(asfiksia dan trauma) harus merupakan
pertimbangan kuat dalam pengambilan keputusan mengenai cara persalinan yang
dipilih. Ahli obstetri yang memilih persalinan dengan SC umumnya dengan
alasan :
1. Cedera persalinan sungsang
perabdominal lebih rendah dibandingkan persalinan pervaginam.
2.
Banyak pasangan yang mempunyai pandangan “anak sedikit” dan membutuhkan
anak yang “perfect” sehingga memilih persalinan sungsang perabdominal.
3.
30 – 40% trial of labor pada persalinan sungsang berakhir
dengan persalinan SC.
4.
SC pada masa sekarang adalah operasi yang “aman”.
Ahli obstetri yang
cenderung untuk mencoba berlangsungnya persalinan sungsang pervaginam umumnya
memiliki alasan:
1.
Morbiditas maternal pada SC lebih besar.
2.
5 – 15% janin pada presentasi sungsang disertai dengan kelaina kongenital.
3.
Sejumlah ibu ingin memiliki pengalaman persalinan pervaginam.
a. Persalinan dengan Sectio Caesar (Perabdominal)
Jenis insisi SBR yang dipilih pada saat SC sangat
penting. Bila SBR sudah terbentuk dengan baik maka dengan insisi melintang pada
SBR, persalinan sungsang dapat diselesaikan tanpa banyak kesulitan. Pada
kehamilan prematur dan pasien yang belum inpartu atau pada beberapa kelainan
letak lain, SBR cukup sempit sehingga sebaiknya dilakukan insisi vertikal untuk
menghindari cedera persalinan yang lebih luas [cedera pada vesika urinaria.
b. Persalinan pervaginam
Dokter yang akan menolong persalinan sungsang
pervaginam perlu menguasai maneuver dalam persalinan sungsang pervaginam dan
hendaknya didampingi oleh 4 orang asisten : (1) ahli obstetri yang
berpengalaman (2) ahli anak yang mampu memberikan pertolongan resusitasi pada
anak dan(3) anaesthesiolog yang dibutuhkan untuk memberikan kenyamanan pada ibu
bersalin (4) paramedis yang memahami proses dan penatalaksanaan persalinan
sungsang per vaginam. (http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/presentasi-sungsang.html)
2.
Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.S dapat
diberi perencanaan sesuai dengan evaluasi yang telah didapat dari pemeriksaan
fisik yaitu:
a. Jelaskan tentang keadaan
ibu saat ini.
b. Anjurkan ibu untuk
melakukan posisi dada lutut.
c. Beritahu ibu perubahan yang
terjadi pada TM III.
d. Beritahui ibu tanda bahaya
kehamilan TM III.
e. Jelaskan pada ibu
tentang keluhan yang ibu rasakan
f. Beri ibu tablet penambah
darah dan obat untuk linu
persendian.
g. Bantu ibu untuk
memilih jenis persalinan pervagiam atau perabdominal serta jelaskan untuk
kelebihan dan kekurangannya.
h. Anjurkan ibu melakukan
kunjungan ulang 2 minggu kemudian.
3.
Pembahasan
Jadi, tidak terdapat
kesenjangan yaitu sesuai teori yang harus melakukan suatu rencana sebelum
melakukan tindakan terhadap kondisi pasien mengikuti teori yang mengatakan Langkah-langkah
ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. (Ambarwati,2009;h.143)
F.
Implementasi
1.
Menurut Tinjauan Teori
Pada kasus kehamilan
dengan presentasi bokong dianjurkan dua cara yang dipakai untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, dan posisi
dada-lutut pada ibu. Bukti-bukti tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar sudah cukup
tetapi masih belum bagi tindakan, dan posisi dada-lutut ( Sarwono,2008;h.590).
2.
Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.S penulis sudah
merencanakan rencana sesuai dengan evaluasi yang telah didapat dari pemeriksaan
fisik yaitu:
a.
Menjelaskan Keadaan ibu saat ini sesuai dengan
pemeriksaan
b.
Menganjurkan ibu untuk posisi dada
lutut
c.
Memberitahu ibu tentang perubahan yang terjadi pada TM
III
d.
Memberitahui ibu tanda-tanda bahaya
kehamilan pada TM III
e.
Menjelaskan keadaan ibu sesuai dengan keluhannya
f.
Memberi ibu tablet penambah darah dan obat untuk linu
persendian.
g.
Bantu ibu untuk memilih jenis- jenis persalinan sesui
dengan masalah kehamilannya yaitu persalinan perabdominal dan persalinan
pervaginam beserta kekurangan dan kelebihannya.
h.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu
kemudian di tempat kesehatan terdekat.
3.
Pembahasan
Berdasarkan teori dan
kasus Ny.S tidak terdapat kesenjangan karena sudah melakukan asuhan kebidanan yang telah diberikan dan dilakukan oleh Ny.S.
G.
Evaluasi
1. Menurut Tinjauan
Teori
Evaluasi dilakukan secara
siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk
mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang
diberikan. Pada langkah terakhir,
dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi
evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah benar-benar telah terpenuhi
sebagaimana diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosis. Hal yang
dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis
dan masalah yang telah diidentifikasi (Jannah,2011;h.48).
Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan
kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong
sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan
memasuki trimester kedua. Jika situasi ini terjadi pada saat kehamilan masih
berusia di bawah 9 bulan maka masih dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
faktor janin dan ibu, dari segi janin, mungkin karena
ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim ibu. Akibatnya, janin
bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di Indonesia, bila berat bayi di
bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali melahirkan, ada kemungkinan akan
menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
Bisa dikatakan letak janin
bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Karena posisi sungsang terjadi
di bawah usia kehamilan 32 minggu sebab, pada usia kehamilan ini, jumlah air
ketuban relatif banyak, sehingga janin masih dapat bergerak bebas.
(Sarwono,2008;h.588)
2. Menurut Tinjauan
Kasus
a. Ibu mengerti keadaan ibu saat ini
dalam keadaan baik.
b. Ibu bersedia akan melakukan posisi dada lutut pada saat malam hari sebelum
tidur.
c. Ibu mengerti perubahan yang terjadi pada dirinya.
d. Ibu sudah mengerti tanda bahaya yang terjadi pada TM III.
f. ibu mengerti
tentang keluhannya seperti ada benda keras yang mendesak itu dikarenakan kepala
yang ada difundus. Dan keluhan linu dipersendian disetai bengkak karena asam
urat yang dideritanya. Dan besedia
menghindari makanan yang mengakibatkan peningkatan purin.
g. Ibu bersedia akan minum tablet penambah darah dan obat untuk linu persendian.
h. Ibu telah mengerti
kelebihan dan kekurangan jenis- jenis persalinan yang akan dipilih oleh ibu,
dan ibu bersedia untuk membicarakan dengan suaminya sesuai masalah dengan kehamilannya.
i. Ibu bersedia akan melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.
3. Pembahasan
Jadi
menurut teori usia kehamilan dibawah 32 minggu jumlah air ketuban relatif
banyak sehingga, janin masih dapat bergerak bebas (Sarwono,2008;h. 588) . kehamilan masih berusia di bawah 9 bulan maka masih
dikategorikan sebagai sesuatu yang normal.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
Karena dapat dilihat dari faktor janin dan
ibu, dari segi
janin, mungkin karena ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ruangan rahim
ibu. Akibatnya, janin bebas berputar, baik ke atas maupun ke bawah. Di
Indonesia, bila berat bayi di bawah 3 kg dan ibunya telah beberapa kali
melahirkan, ada kemungkinan akan menjadi sungsang.
(http://danishmubarok.blogspot.com/2011/12/lebih-memahami-bayi-sungsang-dan-cara.html)
dan pada
kasus Ny. S usia kehamilan 33 minggu Hari masih di katakan relatif rentan untuk
berputar karena pengaruh air ketuban. Maka, kehamilan dengan presentasi bokong
dikatakan normal karena posisi janin tetap berada di pintu atas panggul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar